Jumat, 21 Januari 2011

Teruntuk Adinda

lamatlamat perasaanku meruncing

berkehendak menikam kesabaran

rembulan menjadi perak lalu tangismu mencekam keheningan

lamatlamat perasaanku menumpul memupuk kesabaran

angin

laut

rintik

badai

menerjemahkan luka

menusuk ulu hati

di rendarenda kerudung tanda hijab yang kau kenakan tadi malam aku menaruh pesan "besok pagipagi sekali pergilah ke kebun belakang rumah, petikan aku beberapa kuntum melati agar bisa selalu menghadirkanmu dalam tiap sepi"

lalu di bilah masih rindu yang biasa kita tiduri, seekor kucing melirik padaku dan berkata "berangkatlah tidur esok pagi masih ada hari". seterusnyadi garis kertas tulisaku mengeja namamu dengan enam huruf kapitalbesarbesar lampu padam. Pada hari yang lain di selasela rindu padamu malam ini.aku selipkan doadoa masa tua, tentang tanah sebidang dan rumah sederhana

Lalu namamu memenggal sepi, penyakit yang aku derita dua tahun ini.

Tidak ada komentar: