Bulan pecah di jogjakarta
Serpihannya serupa perak
mutiara muncul di pipimu yang santun
Setelah aku sampaikan maksutku
“pertemuan ini sebagai prasasti, aku akan meninggalkan tanah air selamanya”
Dan mutiara di pipimu mengalir serupa anak sungai sehabis hujan
Ingin aku mengambil wadah dan meneduhkannya di rindang pohon akasia
Seberang jalan.
Tangismu pecah
Menelan kesunyian jogja
Depan balai kota
Dan senin tibatiba saja menjadi selasa
Engkau mengelabui waktu
Menjadikan ruangruang basah
Dan aku besok tetap pergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar